Cerita Sang Pemotong Rambut

Label: , ,

Ilustrasi tukang potong rambut

Wah, tak terasa sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Ada sedikit motivasi yang saya dapatkan ketika sedang potong rambut di sebuah barber shop di Kota Malang.

Namanya adalah Ryan. Memang sih, saya tidak kenalan dengannya. Tapi dia sempat menyodorkan brosur produk yang ia jual sembari memperlihatkan namanya + nomor HP yang distempel. Oke lah, kita buka cerita.

Sebenarnya, hidupnya serba pas-pasan sewaktu kecil. Ryan adalah seorang lulusan SD. Mungkin Anda heran, kenapa orang SD masih bisa bekerja di jaman sekarang ini? Jawabannya adalah mau bekerja keras. Karakter pekerja kerasnya itu memang terbentuk sejak kecil. Kondisi serba pas-pasan membuatnya banting tulang membantu keuangan keluarga. Ia juga berjualan es lilin dan pisang goreng keliling kampung di dekat rumahnya.

Sewaktu remaja, ia ikut bekerja di usaha kakaknya. Usaha di bidang meubel di daerah Bali. Karena giatnya dalam bekerja, ia dipercaya menjadi kasir dan bahkan dibiayai oleh kakaknya untuk kursus Bahasa Inggris dan Komputer. Sungguh hebat. Meskipun lulusan SD, ia berani untuk unjuk diri dan melanjutkan menuntut ilmu yang menurut saya memang diperlukan saat ini.

Ketika menjadi kasir itu lah, ia bertemu dengan klien kakaknya yang kebetulan turis asing berasal dari Kanada. Ia datang ke Bali untuk berkunjung bersama keluarganya. Ryan mendengarkan keluhan bule tersebut tentang kualitas tukang potong rambut di Bali yang masih rendah. Ryan yang pernah sesekali dimintai tolong untuk memotong rambut temannya memberanikan diri untuk menawarkan jasa potong rambut pada bule tersebut dan keluarganya.

Tebak, apa pengalaman terhebatnya dalam memotong rambut? Yang dia ceritakan, ia memotong rambut bule tersebut sekeluarga di Hotel. Ya, mana ada seorang tukang potong rambut amatir yang sampai dipanggil untuk memotong rambut di Hotel? Itulah awal dari kesuksesannya kini.

Singkat cerita, bule tersebut puas dengan hasil potongan rambut Ryan. Bule itu pun bertanya kenapa Ryan tidak mengembangkan bakatnya di bidang tata rias. Ryan yang seorang pemuda dengan gaji pas-pasan pun jujur bahwa ia tidak punya uang. Ternyata bule itu baik hati dan mau membiayai Ryan untuk sekolah tata rias di Jakarta.

Ryan pun mau. Ia akhirnya bersekolah tata rias di Jakarta dengan biaya dari bule tersebut. Ia juga bercerita tentang prestasinya selama bersekolah di Jakarta tersebut. Menurut saya, prestasinya sungguh mengagumkan.

Kini, ia adalah seorang tukang potong rambut yang hasilnya memang memuaskan. Saya pun ketika berkunjung ke barber shop tersebut selalu ingin dipotong rambut olehnya.

O iya, Dia berencana untuk membuka sebuah barber shop di Kota Malang. Bagaimana bisa seorang lulusan SD membuka lapangan pekerjaan? Sungguh niat yang mulia kan?

Ternyata kesuksesan itu bukan diukur dari jenjang pendidikan yang bisa ia tempuh. Kesuksesan yang sebenarnya mutlak didapatkan dari setiap keringat yang dicucurkan dalam berusaha. Terlihat sekali usahanya dalam memotong rambut saya. 30 menit ia habiskan untuk memotong rambut sambil bercerita tentang kisah hidupnya.

Sungguh inspiratif dan semoga pembaca bisa meneladani kekerasan hatinya untuk mengubah nasib.

Sukses untuk kita semua.

Anom Harya