Jangan Serahkan Kemerdekaan Hidupmu
Kebanyakan orang mudah iri pada orang lain yang mendapatkan sesuatu dengan mudah. Bagaimana dengan Anda? Adakah sifat demikian yang mendarah daging dalam hidup Anda? Mari kita simak cerita berikut untuk memahami arti sebuah kemerdekaan hidup.
Dalam sebuah kehidupan terdapat sepasang sahabat, elang hitam dan elang putih. Mereka berdua selalu bersamaan dalam berbagai kegiatan. Terbang bersama, makan bersama, hingga tinggal pun selalu di tempat yang sama. Suatu hari, mereka membuat rencana terbang ke suatu tempat untuk mencari makanan. Di perjalanan mereka bertemu dengan sekumpulan sapi yang sedang makan di ladang.
Kemudian elang putih mengajak elang hitam untuk mampir kesana, "Hitam, di bawah sana sepertinya ada sesuatu yang bisa kita makan. Kenapa kita tidak turun saja sebentar?" Elang hitam menyetujuinya dan kemudian mereka bersama-sama turun ke ladang tersebut.
Sesampainya di ladang, mereka bertemu seekor sapi yang sangat ramah. Elang putih membuka pembicaraan dengan meminta ijin ke sapi tersebut, "Hai sapi, sepertinya di tempatmu ada banyak makanan. Bolehkah aku minta sedikit?" Sapi pun menerima mereka dan menjawab, "Oh, silahkan elang. Kami tidak keberatan."
Kedua elang bersahabat itu heran kenapa ada yang mau membagikan makanannya pada binatang asing. Padahal mereka berdua sangat protektif terhadap makanan yang mereka peroleh. Tak pernah sekalipun mereka membagi makanan dengan binatang lain.
Saking herannya, elang hitam bertanya pada sapi, "Kenapa kamu mau berbagi makanan dengan kami? Bukankah kami asing di bagimu?" Sapi pun menjawab pertanyaan elang hitam, "Tidak masalah. Kami masih punya banyak jagung disini. Jika kamu ingin memintanya, kami sangat terbuka sekali. Silahkan saja langsung mengambil sepuas hati."
Kedua elang bersahabat itu kemudian makan jagung yang ada di ladang. Sambil makan, elang putih bertanya-tanya pada sapi tadi,"Eh sapi, enak sekali kamu punya makanan sebanyak ini. Apa rahasianya?" Sapi tidak terkejut dengan pertanyaan seperti ini. Mungkin elang putih adalah penanya kesekian yang menanyakan pertanyaan yang sama. Sapi pun menjawab, "Kami sudah biasa hidup seperti ini. Jagung melimpah karena petani yang menyayangi kami. Dan yang perlu kamu tahu, kami tak perlu bekerja untuk mendapatkan semua ini."
Elang putih terkesima dengan jawaban sapi dan ia berdiskusi dengan elang hitam, "Hitam, kenapa kita tidak tinggal disini saja? Bukankah kita bisa makan sepuasnya disini?" Elang hitam menjawab, "Sepertinya aku kurang tertarik dengan pikiranmu. Aku lebih suka menjadi elang yang bebas meski sulit untuk mencari makan."
Elang putih kembali bertanya pada elang hitam, "Hitam, seandainya aku memilih tinggal disini apa kamu tidak keberatan?" Elang hitam dengan berat menjawab, "Sepertinya tidak, putih. Aku menghargai pilihanmu. Tapi aku juga punya pilihan. Aku lebih memilih menjadi elang yang bebas."
Tekad elang putih sudah bulat karena elang hitam menyetujui permintaannya tersebut. Setelah elang hitam makan cukup banyak, ia berpamitan pada elang putih, "Putih, aku pamit pergi dulu. Kamu baik-baik ya disini."
Elang hitam pergi dan mulailah kehidupan elang putih di ladang itu. Setelah beberapa bulan, tubuh elang putih semakin gemuk. Namun ia sangat bahagia dengan kegemukannya tersebut karena tak harus susah-susah mencari makanan.
Suatu hari, pemilik ladang ingin memakan daging elang putih dan elang putih pun mengetahui rencana itu. Ia berusaha untuk terbang tapi tidak bisa karena terlalu gemuk. Akhirnya hidup elang putih pun berakhir menjadi santapan Sang petani.
Sahabat, terkadang kita iri dengan kehidupan tetangga yang mudah mendapatkan sesuatu. Apa yang tetangga miliki, terkadang kita juga ingin memilikinya. Namun tahukah Anda dibalik semua itu sebenarnya adalah kemerdekaan hidup kita yang dijajah. Kita diberikan kebebasan oleh Tuhan untuk menjadi diri sendiri tapi pudar karena sifat ingin menjadi seperti orang lain.
Dari cerita ini bisa kita ambil pesan bahwa menjadi diri sendiri lebih baik daripada harus hidup sebagai orang lain. Maka dari itu, tetapkan jalan Anda dan jangan mudah berpaling darinya meskipun itu tidak enak. Toh, yang tidak enak itu sebenarnya adalah kehidupan paling ideal bagi Anda kan?
Selamat menjalani hari-hari menjadi diri sendiri.
Salam sukses untuk kita semua.