Kelirumologi Tentang Bike to Work (B2W)

Label: , , , ,

Logo B2W MalangLogo B2W Malang

Saya baru saja menerima note dari FB teman yang isinya pembenaran mengenai persepsi Komunitas Bike to Work di Indonesia. Bagi yang kurang mengerti bagaimana sebetulnya prinsip B2W, bisa membacanya sampai habis.

Beberapa tahun mencermati dan mencoba ikut didalam pengembangan b2w-indonesia, saya menemukan hal-hal keliru diseputar b2w-indonesia (ini menurut pendapat saya) :

“Ada anggapan bahwa b2w-indonesia adalah klub sepeda, sehingga kalau sudah punya klub sepeda gak perlu lagi ikut-ikut b2w”, hal yang wajar jika ada anggapan ini tapi tetap saja ini keliru, b2w-indonesia adalah sebuah komunitas yang berbentuk organisasi resmi yang mewadahi gerakan moral untuk menjadikan sepeda sebagai alat transportasi alternative, secara organisasi b2w-indonesia tidak membawahi klub/organisasi lainnya, karena berupa “gerakan moral” maka struktur organisasi b2w-indonesia hanya mengenal b2w-indonesia (pengurus pusat) kemudian b2w-wilayah kemudian rombongan, supaya ada keleluasaan bagi setiap individu yang memiliki kesamaan pandangan terhadap visi misi b2w-indonesia (http://b2w-indonesia.or.id/tentang_kami) dapat bersama-sama mengembangkan gerakan moral ini dengan apapun jenis sepeda yang dimiliki, apapun klub/organisasi sepeda yang dimiliki atau tidak memiliki klub sepeda sekalipun,..dan bahkan b2w-indonesia mendorong tumbuh suburnya klub sepeda, sehingga kesimpulannya bahwa b2w-indonesia adalah sebuah organisasi gerakan moral yang “cair” dan kenapa sebaiknya satu wadah yang bernama b2w-indonesia didalam menjalankan gerakan moral tersebut ? saya kira kita semua tahu jawabannya, jikapun belum,..silahkan buka http://b2w-indonesia.or.id/bacanote/bersepeda_tunggal_ika#komentar

“Definisi Bike to Work adalah Bersepeda ke kantor”, ini keliru besar, kata “work” disini bukan berarti “kerja” tetapi bermakna lebih luas, yaitu “aktifitas” sehingga apapun aktifitasnya jika menggunakan sepeda sebagai sarana transportasinya, maka itu adalah bike to work (termasuk istri saya jika pergi kepasar hahahahahaaaaa)

“Bike to Work berada dibawah naungan Komite Sepeda Indonesia (KSI)”, sama sekali tidak, b2w-indonesia secara organisasi tidak pernah menyatakan dirinya berada dibawah naungan KSI ataupun organisasi lainnya termasuk partai politik, pun juga tidak membawahi organisasi lainnya, yang dilakukan b2w-indonesia adalah menganggap bahwa organisasi yang memiliki tujuan yang kurang lebih sama atau mau mendukung gerakan moral b2w-indonesia dianggap sebagai “partner/mitra” termasuk disini ISSI,KONI,institusi swasta, NGO, dll

“B2W-Indonesia itu hanya mau kerjasama dengan produsen,provider, vendor-vendor tertentu saja”. Hal ini juga keliru, b2w-indonesia tidak pernah menyatakan hal yang demikian, memang betul b2w-indonesia ada kerjasama dengan vendor-2 tertentu tetapi bukan berarti kerjasama ini mengikat selamanya, peluang sangat terbuka bagi vendor lain yang sejenis namun ada batasan-batasan yang harus disepakati bersama dan tentu saja juga harus melihat klausul kontrak kerjasama dengan vendor sebelumnya

“Untuk menjadi anggota b2w-indonesia harus memberikan iuran bulanan” tidak ada aturan khusus perihal ini, kalaupun ada iuran di b2w-wilayah inipun juga tidak mengikat tergantung kesepakatan anggota masing-masing wilayah, hampir semua wilayah tidak menerapkan aturan ini, lalu darimana dana aktifitas ? kawan-kawan pengurus baik di pusat maupun di wilayah cukup cerdas didalam menyiasatinya, diantaranya gandeng sponsor, penjualan merchandise, dan tentu saja “saweran” ketika ada event (ini jalan terakhir), namun demikian b2w-indonesia akan sangat berterima kasih apabila ada individu maupun institusi yang berkenan memberikan donasi. Naaaahh karena seringkali pihak sponsor selalu menanyakan jumlah anggota di suatu wilayah, maka ada baiknya individu yang merasa menjadi bagian dari b2w-indonesia berkenan mengisi formulir keanggotaan dan dijamin data akan disimpan rapi dan dipertanggungjawabkan oleh pengurus

“Memiliki sepeda mahal merupakan salah satu syarat menjadi anggota” dibanyak wilayah sering ditemukan anggapan demikian,..hhhmmm asal sepeda dan bisa digowes sudah cukup untuk menjadi anggota b2w-indonesia

Hanya sepeda MTB dan folding saja yang diakui di b2w-indonesia, wkwkwkwkwkwkkkkk keliru total, ada jargon baru (ide kreatif b2w-kudus),..”Bersepeda tunggal ika” berbeda-beda sepeda tetapi tetap ngonthel juga, makna dari jargon ini adalah apapun jenis sepedanya mari ber bike to work.

“Penjualan merchandise b2w-indonesia itu sama dengan penjualan yang dilakukan pedagang kaki lima” ini pandangan bodoh dari seseorang yang nggak ngerti b2w-indonesia (atau pura-pura nggak ngerti), sekali lagi bahwa b2w-indonesia adalah organisasi gerakan moral maka salah satu cara untuk menjalankan roda organisasi adalah dengan cara mencari dana melalui penjualan merchandise yang sering kali harus memanfaatkan berbagai event/moment, memang harus buka lapak tetapi bukan berarti ini sama dengan pedagang kaki lima

“Kalau menjadi panitia event b2w-indonesia akan dibayar” hahahahahahahaaaaaaa kalau memang demikian, saya sudah upgrade sepeda berkali-kali,…yang diperlukan oleh b2w-indonesia adalah individu-individu yang memiliki jiwa volunteer, kalaupun ada fee / uang lelah disuatu event itu tidak lebih dari upaya pengurus untuk mengganti biaya pribadi yang sudah dikeluarkan, misal : pulsa telepon, makan, akomodasi dll,.dan nilainyapun seringkali sungguh tidak sebanding bila diadu dengan pengorbanan waktu, biaya dan tenaga para individu tersebut (salam hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk semua sahabat yang selama ini aktif mengembangkan gerakan b2w-indonesia dimanapun),…xixixixixxiiii malah lebih sering nggak dapet kan ?

“b2w-indonesia sekarang sudah komersil, sedikit-sedikit mesthi uang” ahaaaa,..pendapat ini beberapa kali “bersliweran” disekitar saya,.. sebuah hal yang sangat wajar karena pandangan ini muncul dari sebuah “kekeliruan” informasi, keliru ketika menerima informasi yang tidak lengkap (tidak utuh/sepotong), keliru ketika mendapatkan informasi dari “oknum” yang mencoba memanfaatkan b2w-indonesia (sebagai contoh : jika ingin mengajak tim saya (mengaku tim dari b2w) sebagai marshall fun bike maka harus menyediakan dana marshall sebesar 20 juta per event,….glek!!!, padahal seumur-umur b2w-indonesia tidak pernah “jualan” marshall), contoh diatas adalah hal nyata yang dilakukan seorang “oknum” . Sekali lagi bahwa organisasi ini memang memerlukan dana operasional, sehingga diperlukan cara-cara cerdas didalam mengelola manajemen keuangan organisasi termasuk didalamnya adalah sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pengeluaran keuangan, namun bukan berarti dalam mencari dana akan melakukan hal seperti yang dilakukan oleh oknum diatas, naaaahhh jika saat ini melakukan berbagai terobosan dalam rangka mencari dana operasional apakah hal tersebut dianggap komersil ? kok rasanya keliru !!

Sumber : Note FB Teman